Tampilkan postingan dengan label PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2014

KRIYA "JEMBATAN BARELANG" by BATAM KEPRI FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by RIAU FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by BALI FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by SUMATERA BARAT FLS2N 2011 @MAKASSAR


JUARA 1 POSTER by JAWA TIMUR FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by DKI JAKARTA FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by SUMATERA SELATAN FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by KALIMANTAN TENGAH FLS2N 2011 @MAKASSAR


THIS IS SIMPLE FOR YOU, BUT THIS IS MEANINGFUL FOR ME :)


Senin, 08 September 2014

Empat pilar pendidikan Menurut UNESCO dan lima Pilar Pendidikan di Indonesia

A.    Empat Pilar Menurut UNESCO
        Dalam buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (2001:13) paradigma pembelajaran tersebut akan menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be).

a). Konsep learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, danevaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya. Yusak (2003) mengatakan bahwa secara kreatif menguasai instrumen ilmu dan pemahaman yang terus berkembang, umum atau spesifik, sebagai sarana dan tujuan , dan memungkinkan terjadinya belajar sepanjang hayat.
 
b). Konsep learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Terkait dengan hal tersebut maka proses belajar-mengajar perlu didesain secara aplikatif agar keterlibatan peserta didik, baik fisik, mental dan emosionalnya dapat terakomodasi sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.
 
c). Konsep learning to live together merupakan tanggapan nyata terhadap arus individualisme serta sektarianisme yang semakin menggejala dewasa ini. Fenomena ini bertalian erat dengan sikap egoisme yang mengarah pada chauvinisme pada peserta didik sehingga melunturkan rasa kebersamaan dan harga-menghargai. Memahami, menghormati dan bekerja dengan orang lain, mengakui ketergantungan, hak dan tanggungjawab timbal balik yang melibatkan partisipasi aktif warga, tujuan bersama menuju kerekatan sosial, perdamaian dan semangat kerjasama demi kebaikan bersama.
 
d). Konsep learning to be, perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar mampu memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Pengembangan dan pemenuhan manusia seutuhnya yang terus “berevolusi”, mulai dengan pemahaman diri sendiri, kemudian memahami dan berhubungan dengan orang lain. Menguak kekayaan tak ternilai dalam diri.
 
Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.
 
B.    Lima Pilar Pendidikan di Indonesia
 
Kabi­net Indone­sia Bersatu Jilid II telah diben­tuk dan saat ini mulai menyi­ap­kan kebi­jakan untuk 5 tahun ke depan. Khusus di bidang pen­didikan, saat ini dice­tuskan beber­apa pilar dalam pen­ca­pa­ian
tujuan pen­didikan nasional oleh Menteri Pen­didikan Nasional. Demikian dis­am­paikan Kepala Pusat PPPPTK Matem­atika, Herry Sukar­man, M.Sc. Ed, selaku Pem­bina Upacara pada Upacara Ben­dera 17 Desem­ber 2009. Dalam amanat­nya, lebih lan­jut Kepala Pusat men­je­laskan men­ge­nai lima pilar ini yang meliputi pilar keterse­di­aan (avail­abil­ity), pilar keter­jangkauan (avord­abil­ity), pilar mutu (qual­ity), dan pilar jam­i­nan (assur­ance) serta kesetaraan(equity).
 
a). Pilar Per­tama Keterse­di­aan adalah terkait keterse­di­aan layanan pen­didikan yang memadai sesuai den­gan stan­dar, baik dalam kuriku­lum, sesum­ber, metode, strategi, dll.
 
b). Pilar Kedua adalah Keter­jangkauan. Pilar ini meni­tik­ber­atkan kepada prin­sip pemenuhan hak untuk mem­per­oleh pen­didikan bagi semua warga negara tanpa terke­cuali. Untuk men­dukung keter­jangkauan ini perlu didukung den­gan peman­faatan berba­gai media dan teknologi.
 
c). Pilar Ketiga adalah Mutu. Pen­ingkatan mutu pen­didikan kini harus men­jadikan per­ha­t­ian utama, bukan saja dari out­put dan out­come tetapi menyangkut input dan proses pen­didikan.
 
d). Pilar Keem­pat Pen­jam­i­nan Mutu Pen­didikan. Jam­i­nan mutu pen­didikan harus lebih banyak dilakukan den­gan berba­gai studi dan eval­u­asi ten­tang faktor-faktor mem­pen­garuhi pen­ingkatan mutu pen­didikan.
 
e). Pilar Kelima adalah Kese­taraan. Pen­didikan harus men­jangkau semua level masyarakat den­gan tidak ada pem­be­daan. Indone­sia adalah negara besar den­gan berba­gai ker­aga­man, pen­didikan harus mempu melayani semua war­ganya den­gan setara dan tidak membeda-bedakan adanya ker­aga­man terse­but.

Kamis, 04 September 2014

My First Summary for KTI FMIPA, April 2014


*Ceritanya bulan April, ini 'summary' bikinan sendiri (first time) waktu seleksi mahasiswa berprestas (termuda) tingkat Fakultas MIPA hehe (cari pengalaman). Grammarnya pasti banyak yang gak 'ngeh'-in deh yaa kayanya. maklumin aja ya bloggers. :)

SUMMARY
The perception that mathematics is a collection of numbers that must be operated cause irregularities in the context of mathematics taught in the classroom. thus, there was a paradigm of the students who stated that mathematics is very difficult. It also makes the students have difficulties in learning mathematics even they  avoid to learn mathematics.
A teacher who does not master a variety of ways of delivering course material, he or she only taught the completion of the material taught without regard to the ability and readiness of the learners. This will cause difficulties learners in understanding mathematics learning or may be they will be frustrating. If it happens, it means learning mathematics effectively and certainly not occurred to fail students in learning mathematics. Beside of  that, in choosing the method or approach is most suitable for learning, especially in the learning of mathematics should also pay attention to what the topics will be taught.
Learning difficulties demonstrated by the failures of academic achievement in accordance with the expected capacity. This difficulty can be seen when a student fails to show one or more academic skills, especially in mathematics. The causes of learning difficulties experienced by students in solving mathematical problems are the inability of the students in the mastery of the concepts correctly, the inability of students to understand the meaning of the symbols, the inability of the students in understanding the origin principle, the students arenot fluent to use and operate the procedures, and knowledge incompleteness of the students.
By doing interview with one of the students in senior high school that the cause of mathematical learning difficulties in junior high school students are the class and the arrangement of the room does not support the learning  activities, the ways of the teachers teach that do not support a variety of student learning styles and attitudes of teachers who simply do not want to pursue the matter, but how the importance of stundents’s understanding, the teaching theory or explanation of the material is could not to understand by the students, the views of students towards mathematics subjects who consider it very difficult subjects so that students feel shy and overwhelmed to learn the mathematics, there are family problems and problems with friends, lack of concentration when studying mathematics, the lack of repetition in the material being taught, misunderstanding the use of the formula being taught,  If students are able to work on the sense to learn to grow by itself , lack of motivation from the teachers, parents, and the friends.  There is no a sense of spirit when the material being taught is difficult .
As well as can also be concluded that there are some solutions or problem solving to overcome the difficulties of learning math middle school students , namely are the teachers dolearning approach, search data about problems in students, do consultation between the teacher an the student privately, the teacher give a motivation to students , a teacher should be a professional one in the learning process, The teachers teach the theory easier to understand, the school have to be complete in the facility for the learning process, a teacher should give free time so that students can ask questions about material that has not been understood yet, and the teacher should know the background and attitudes of students towards mathematics.
Learning approaches that teachers use will determine how students learn mathematics. The teachers prepare the content and the step of learning, presenting new materials, choose a variety of learning activities, and monitor the progress of the students' understanding of mathematical concepts being studied. The teachers can help the students to use the tools and technology to investigate the mathematical concepts, examining how students complete misconception, and promoting positive attitudes for learning math. The teachers also provide the homework and conduct informal assessments to evaluate the results in addition to the formal achievement for the students.

Sabtu, 19 Oktober 2013

PASCAL TASK II



NAMA       : YUSRINA FITRIA
NIM           : 1201252
                                           
1.            Program Persamaan Fungsi Kuadrat
Program Persamaan_Fungsi_Kuadrat;
Uses crt;
Var
     a,b,c  :  integer;
     x,y    :  real;
Begin

     {bagian masukkan)
     clrscr;
     writeln(‘Menghitung nilai dari Persamaan f(x) = ax^2 + bx+ c’);
     writeln(‘   ‘);
     write(‘Masukkan nilai koefisien dari x^2 ! ‘); readln(a);
     write(‘Masukkan nilai koefisien dari x ! ‘); readln(b);
     write(‘Masukkan nilai konstanta ! ‘); readln(c);
     write(‘Masukkan nilai dari variabel x ! ‘); readln(x);

     {bagian proses}
     y:=(a*sqr(x)+(b*x)+c));

     {bagian keluaran)
     clrscr;
     writeln(‘Untuk Persamaan f(x)= ax^2 + bx +c’);
     writeln(‘     ‘);
     writeln(‘Nilai a = ‘,a,‘ Nilai b = ‘,b,’ Nilai c = ‘,c,’ Nilai x = ‘,x:0:0);
     writeln(‘Maka Nilai f(x) adalah ‘,y:0:0);
     readln;
End.












2.            Program Diskon Belanja
Program Diskon_Belanja;
Uses crt;
Var
     kode               :  string;
     harga,diskon,bayar :  real;
Begin
     {bagian masukkan}
     clrscr;
     write(‘Masukkan Kode Barang  : ‘); readln(kode);
     write(‘Masukkan Harga Barang : ‘); readln(harga);
    
     {bagian proses}
     diskon:=((5/100)*harga);
     bayar:=harga-diskon;
    
     {bagian keluaran}
     clrscr;
     writeln(‘Kode Barang  : ‘,kode);
     writeln(‘Harga Barang : Rp ‘,harga:0:0);
     writeln(‘Diskon       : Rp ‘,diskon:0:0);
     writeln(‘Pembayaran   : Rp ‘,bayar:0:0);
     readln;
End.
















3.            Program Menghitung Luas Segitiga
Program Luas_Segitiga;
Uses crt;
Var
     a,b      :  integer;
     rad,c,L  :  real;
Begin
     {bagian masukkan}
     clrscr;
     write(‘Masukkan Panjang Sisi Pertama          : ‘); readln(a);
     write(‘Masukkan Panjang Sisi Kedua            : ‘); readln(b);
     write(‘Masukkan Besar Sudut antara Kedua Sisi : ‘); readln(c);
    
     {bagian proses}
     rad:=c*pi/180;
     L:=(a*b*sin(rad))/2;

     {bagian keluaran}
     clrscr;
     writeln(‘Panjang Sisi Pertama    : ‘,a);
     writeln(‘Panjang Sisi Kedua      : ‘,b);
     writeln(‘Sudut antara Kedua Sisi : ‘,c:0:0);
     writeln(‘Luas Segitiga           : ‘,L:0:2);
     readln;
End.





Tugas Akhir PembaTIK Level 4 TAHUN 2024 (VLOG BERBAGI DAN BERKOLABORASI)

 Assalamualaikum wrwb. 😇 Halo Sobat Bloggers. Pada postingan kali ini, Saya akan memuat beranda laman blog Saya dengan cerita tentang Tugas...