Yusrina Fitria

Yusrina Fitria

marquee Yusrina Fitria
Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 07 Juni 2015

Episode ke-n dari m cerita~

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Ceritanya malam ini baru sadar kalo balik ke rumah lupa bawa *bukuPink* tempat muntahin cerita - cerita yang yaaah terkadang out of the box. Hihihi...
Padahal suasanya lagi dukung banget buat nulis...apa lobeh bauuut -____-

Beberapa waktu terakhir sempat diteror dengan beberapa  spesies pertanyaan dari teman - teman yang ngakunya suka baca tulisan, status atau apalah itu wujudnya..
"Na, sekarang lagi musim riliis novel. Gak minat buat bukuin puisi sama syair - syair Na yang melankolis abis tu ? Atau buat novel cinta kek, apa kek gitu yang cetar membahana badai ?" Cetusnya.
*teriakdalamhati* "Aku tuh udah nyiapin buku setebal 250 lembar buat nulisin itu cerita. Tapi rahasiaaaaaaaaa !!!!"
*aslinya* "oh yaya ? novelnya dari kisah sendiri atau ngadopsi kisah orang ?"
Mendadak hening...

"Aku bukan tipe yang begitu, tems. Please deh."
"Ya, setidaknya menginspirasi sebagian orang atau bisa jadi referensi, Na. Kan keren tu. Matematika bisa dikawinkan dengan ilmu sastra."
*senyuminAjalagiiii*

Well..
Di satu sisi sempat pengen buat novel yang terinspirasi dari sajak dan syair legendaris seorang Khaalil..but, when I try to look inside *fyuuuh* 'aku mati kutu untuk menceritakan kisahku' *tsaaaaaaah* :D

Di sisi lain ya itu tadi. Menulis emang perlu objek. Nah, itu dia masalahnya. Objeknya pun masih abstrak. Lebih abstrak dari akar negatif satu. kyakakakkakakak.

Maunya ini kisah emang bener - bener riil. Gak sekadar cerita picisan. Walaupun sederetan cerpen yang pernah dibuat itu semuanya sad-ending yaaah never mind.

"Duh, tems. Tunggu aja yaaah... ini lagi nunggu script dari Tuhan. Hehehe."

Gambarannyaaa, di buku ini aku menulis semua hal (sedetail - detailnya) tentang aku, dia, mereka, dan Tuhan yang sudah begitu sayangnya ngasih kesempatan buat nulis ceritanya.

Sebab aku menyandingkan setiap diksi - diksi yang ada di tiap pelaminan buku yang kutemui dengan hati. *eakeakeakeak*

"gak ngerti, Na."

Cinta itu terlahir dari skenario nyata yang pernah kita jalani sebelum kita hidup di dunia. Di sadari atau tidak, ya memang begitu adanya. Dan dengan setiap kebijaksanaan serta kesungguhan, rasanya tak ayal jika kita masih bertanya - tanya tentang sambungan ceritanya.
Contoh, have you ever felt "de javu" ?

"Lah, apa hubungannya, Na ?"

Itu istilah kaum seberang untuk menyebut kondisi di mana seseorang merasa pernah merasakan atau mengalami suatu hal sebelumnya yang sama dengan kondisi yang sedang terjadi.

Sungguh, aku mengangkat ceritanya dari sana....
Bukan kisah yang mengimahinasi dengan indahnya, bukan.
Aku kan terus menceritakannya selama Tuhan mengizinkan. Hingga akhirnya akan bermuara pada sebuah cerukan raksasa yang nantinya akan berakhir suka atau bahkan duka. Suka, jika yag didapatkan sesuai pengharapan. Duka, sebab yang didapatkan tak sesuai harapan. Tapi, sebagai sebaik - baik hamba. Kita mesti sadar diri, kerana Tuhan ialah sebaik - baik yang menakdirkan.

"Oh...jadi, kapan ?"

"aaaaaaaaaaa !!!!! tanyain aja ke Tuhan."

sempat shock terapi kalo direspon ini-itu.
kadang geregetan, lucu, kocak, galau. Ah, apa itu galau ?!!
Gak, cuma bimbang.
-__________-

Setiap orang toh punya jurusnya masing - masing, kan yaaah ?
Ada yang normal dan ada juga yang abnormal.
Setidaknya kedeweasaan kita tidak lahir secara prematur.
21 tahun dengan 9 tahun, mudaan manaaah ?

"Sableng."
 *end*


Dan gak kebayang kalo Papa tahu anak gadis sulungnya ternyataaaaaa......
Ah, Papaaaaaaaaaahh :'(

Yang itu, gitu gitu gitu Pa. Yang ini, gini gini gini Pa.
"Lah, terus ?"

"Kamu ngomong apa toh, nak ? Apa kabar beasiswa S2 ? Jadi mondok atau ke Belanda ???"

Papaaaaa gitu mah orangnya.

"Pa, aku udah dewasa ?"

"Lah jelas, belum."

Terus itu cerita yang dibuku udah mulai nampak ujungnya, tapi pas dengar pengakuan ekstrim dari Papa, rasanyaaaaaaaaaaa.

"Udah, terusin aja." Mama emang gitu orangnya.

Solok, 7 Juni 2015.
-lasttouching- 23:48
*sepertinyaurangSolokmemangbenar-benarmempesona*

Rabu, 03 Juni 2015

Seni Membaca Al - Quran



Bismillaahirrahmaanirrahiim...
 Semoga Bermanfaat, bloggers :)

Seni membaca Al - Quran ialah bacaan Al Qur’an yang bertajwid diperindah oleh irama dan lagu. Al Qur’an tidak lepas dari lagu. Di dalam melagukan Al Qur’an atau taghonni, akan lebih indah bila diwarnai dengan macam-macam lagu.
Untuk melagukan Al Qur’an , para ahli Qurra di Indonesia membagi lagu atas 7 ( tujuh ) macam bagian. Antara lain sebagai berikut:
1. Bayati
2. Shaba
3. Hijaz
4. Nahawand
5. Rast
6. Jiharkah
7. Sikah
Dari 7 ( tujuh ) macam lagu di atas masih dibagi dalam beberapa cabang. Macam – macam lagu dan cabangnya antara lain :
1. Bayati
  • Qarar : rendah
  • Nawa : sedang
  • Jawab : naik
  • Jawabul jawab : naik tertinggi
  • Nuzul ( turun )
  • shu’ud ( naik )
2. Shaba
  • Dasar
  • Ajami/Ala Ajam
  • Quflah Bustanjar/Qafiyah
3. Hijaz
  • Dasar
  • Kard
  • Kurd
  • Kard-Kurd
  • Variasi
4. Nahawand
  • Dasar
  • Jawab
  • Nakriz
  • Usysyaq
5. Rast
  • Dasar
  • Nawa/Rast ‘ala Nawa
6. Jiharkah
  • Nawa
  • Jawab
7. Sikah
  • Dasar
  • Iraqi
  • Turki
  • Ramal (fales)
Sebenarnya masih ada lagi cabang tingkatan di tiap lagunya. Untuk sekarang baru itu yang bisa dishare...
Untuk praktiknya, bisa cari guru Qiraah yang kompeten di bidangnya :D

Ohyaaa... Dalam MTQ ( Musabaqah Tilawatil Qur’an ) ada beberapa materi penilaian. Antara lain:
1. Materi penilaian bidang tajwid, terdiri dari:
  • Makharijul huruf
  • Shifatul huruf
  • Ahkamul huruf
  • Ahkamul mad wal qashr
2. Materi penilaian bidang fashahah dan adab, terdiri dari:
  • Al Waqf wal – ibtida
  • Mura’atul kalimat wal kharakat
  • Mura’atul kalimat wal ayat
  • Adabut tilawah
3. Materi penilaian bidang irama dan suara, terdiri dari:
  • Suara
  • Irama dan variasi
  • Keutuhan dan tempo lagu
  • Pengaturan napas
Kesalahan dalam bidang suara dan irama
1. Kesalahan dalam suara terdiri dari:
  • Suara kasar
  • Suara pecah
  • Suara parau
  • Suara lemah
2. Kesalahan dalam irama terdiri dari:
  • lagu yang tidak utuh
  • tempo lagu yang terlalu cepat atau terlalu lambat
  • irama dan variasi yang tidak indah
  • pengaturan napas yang tidak terkendali
Kesalahan dalam bidang Tajwid serta Fashahah dan adab ada dua macam:
  • Kesalahan Jali, yaitu kesalahan yang dapat merusak makna dan merusak ketentuan Tajwid/ qiraat yang sah. Disebut Jali karena kesalahan itu diketahui oleh ahli qiraat maupun yang bukan ahlinya,
  • Kesalahan Khafi, yaitu kesalahan yang merusak ketentuan tajwid/qiraat, tetapi tidak merusak makna. Disebut Khafi karena hanya diketahui oleh ulama qiraat saja.

Minggu, 26 April 2015

Masih Pengen Jadi Manusia Pendikte ? ( 4 years ago)



Kota Bengkulu, 2011

“Ada bunga yang tumbuh di pekarangan hati tanpa tahu siapa yang menanam…”
           
            Ah, memang dia penuh misteri. Berjuta ragam hal kita sensor dari skenario cinta karena banyak yang melukiskannya. Di titik nol, kita mulai menapaki langkah itu satu per satu, kita raba dengan tangan hampa. Menjejaki setiap petaknya. Hingga tiba pada sebuah langkah yang mau tidak mau harus kita lewati. Sesekali banyak lensa yang mulai terkecup. Mereka yang ikut ambil bagian, harapan, kesetiaan, berbagi, bersama, berkorban, berhamba. Dan ah, tak terhitung. Cinta itu penuh misteri.
            Bohong besar, jika ada orang yang mengatakan tidak menyukai perhiasan dunia. Apalagi perempuan. Namun dalam porsi yang berbeda, kita dapat memahaminya bahwa selayaknya bagi seorang Mukmin agar segala perhiasan dunia itu ia ulurkan sebagai mediator dalam menjalankan titah Tuhannya.
            Al – Quran memberikan sinyal kuning kepada kita bahwa pengakuan yang tulus dari hawa nafsu adalah diperturutkan oleh setan. Ia selalu memekik yelnya untuk memberi semangat kepada kita agar selalu jauh dari Allah swt. Nah, dalam pengakuan kejujuran seorang Mukmin inilah yang menjadi batas pemisah dari kesombongan. Bahwa hanya dengan rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang kita akan terbebas dari pekikan kenistaan dan kebiadaban itu.
            Syirkul Mahabbah, atau syirik dalam cinta. Begitu para ulama menyebut penyakit yang dipaparkan oleh Allah dalam QS Al – Baqarah ayat 165 :
“Dan di antara kalian ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang – orang yang beriman sangat besar cinta-Nya kepada Allah.”
            Ketahuilah, Allah akan sangat cemburu saat kita menghadirkan hal – hal selain-Nya sebagai penanding cinta dalam cinta-Nya. Jadilah kerapuhan yang sangat bagi orang – orang yang tidak mengambil sekaligus menjadikan Allah sebagai Habib terkasihnya.
            Abu Bakar ash-Shiddiq ra., justru mengkhawatirkan VMJ ( Virus Merah Jambu ) pascanikah. Ya. Itulah orang – orang yang sudah ‘arif billaah. Permasalahannya hanya di mana kita menempati cinta itu, lalu kita jadikan prestasi untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah swt.
            Ada terminal persinggahan yang indah. Tampaknya ini momentum yang pas untuk bercermin pada alumnus – alumnus cinta terdahulu. Ia akan tetap menjadi penyakit jika masa orientasi ke depan hanyalah si dia. Jika engkau mendiktekan Allah bahwa dialah yang pasti jodohmu. Lalu, dalam istikharah kamu hanya meminta hanya dia. Hanya dia.pokoknya harus dia. Ya Allaah…pokoknya harus dia… Kalau memang begitu yang kamu mau, juga dengan caramu itu, seolah kamu adalah penentu segalanya. Na’uudzubillaah…tsumma na’uudzubilllaah…
            Pembantaian selanjutnya ketika terjadi perubahan nilai orientasi yang mengatasnamakan ibadah dan amalan – amalan harian. Kita shalat karena dia, bukan Dia. Kita tahajjud di malam ini bukan karena Dia, tetapi karena takut jika esoknya ditanyain sama dia. Astaghfirullah, ternyata puasa Senin-Kamisnya juga karena si dia. Allaahu Akbar, Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘aadzhiim. Kalau semua karena dia, dia, dan dia. Lantas apa yang kita simpan dan persiapkan untuk akhirat nanti ?
            Andaikan ada nikmat Allah yang menjadi penyaring jiwa dan raga dari tinju lensa konkaf, pastilah malu salah satunya. Semisal ada sebuah perisai yang dianugerahkan untuk melawan setan dan hawa nafsu, mungkin malu adalah bahan dari bagian tertularnya. Justru yang ada sekarang adalah pekatnya kabut hingga rasa malu itu tidak terlihat lagi. Maka jadilah mata – mata memandang berkeliaran dalam kebutaan dan jarak pandang yang pendek.
            Jadi, masih ingin jadi manusia pendikte ? please deh guys.
            Jadilah insan pemalu. Malu pada tabiat yang tak menentu. Karena kadar malumu adalah berbanding lurus dengan kadar imanmu. WAllaahu a’lam bishshawab…
           

Sabtu, 18 April 2015

Kedudukan dan Peran Perempuan ( dalam Tafsir Tematik Al - Quran ) Part I



          Malam ini, Sabtu, 18 April 2015 di Kota Padang tercinta izinkan diri berbagi mengenai judul yang bisa pembaca lihat di plot paling atas yang fontnya lebih besar dari biasanya. Jika terdapat kekurangan dan sebagainya diharapkan maklum saja. Sebab diri hanya hamba yang butuh bimbingan dan dinasihati. :) :D
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
“…balighul ‘anni walau ayah…”

A.      Penciptaan Perempuan
Salah satu hal yang disepakati oleh para pakar tafsir adalah bahwa Al – Quran tidak menjelaskan secara rinci tentang asal – usul kejadian perempuan. Sebutan “Hawa” sendiri untuk menjuluki apa yang selama ini dipersepsikan sebagai perempuan pertama yang menjadi istri Adam sama sekali tidak pernah ditemukan dalam Al – Quran. Sebutan Hawa sebagai perempuan pertama yang diciptakan Allah justru diperoleh dalam sumber – sumber hadits yang berbicara tentang penciptaan asal muasal manusia. (Bidayah Khaqil Kain)
Mayoritas ulama memang mengartikan bahwa Hawa tercipta dari bagian tubuh Adam as. berdasarkan hadits Bukhari dan Muslim :
“Saling pesan-memesanlah kepada perempuan, karena ia diciptakan dari tulang rusuk.”
Sebagian ulama memahami hadits tersebut dalam pengertian tekstual (harfiyyah), sementara sebagian lain lebih memahaminya dalam pengertian metafora (majaz / tasybib ). Bagi mereka yang memahami secara metafora berpendapat bahwa hadits tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana, karena adanya sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan laki – laki. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan, kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya tulang rusuk yang bengkok
Kaum laki – laki harus ingat bahwa wanita tidaklah dengan sengaja memiliki perilaku semacam itu dengan tujuan untuk merepotkan dan menyusahakan mereka. Hal itu sudah merupakan takdir Allah atas wanita dengan memberinya sifat khusus berupa cepat emosi dan berlebihan. Karena itu seorang lelaki hendaklah sabar menghadapinya dan bersifat pemaaf. Perlu pula ia ketahui bahwa sifat ini merupakan salah satu ciri atau keistimewaan wanita yang bias saja mempunyai pengaruh yang baik sehingga wanita mampu melaksanakan fungsinya yang utama seperti, mengandung, menyusui, dan memelihara anak – anak. Bagaimanapun, tugas – tugas yang demikian membutuhkan perasaan yang halus dan rasa sensitivitas yang tinggi.
Kemudian perlu juga diketahui oleh laki – laki bahwa apabila dia mempersoalkan setiap kesalahan istrinya ( yang timbul akibat emosi yang berlebihan ) lalu menghukum dan mencaci-makinya, maka hal itu tidak akan menghasilkan apa – apa selain menambah keretakan dan perpecahan hubungan keluarga, kemudian berakhir dengan perpisahan dan perceraian.
Terakhir, seorang lelaki harus ingat bahwa seorang istri pasti mempunyai kelebihan – kelebihan dan hal – hal yang baik sebagai pengganti kekurangannya tersebut. Rasulullah saw. dalam sabda beliau yang sangat bijaksana telah memberikan resep untuk menghadapi setiap ulah yang muncul dari kaum perempuan.

 

Blogger news

Blogroll

About