Yusrina Fitria

Yusrina Fitria

marquee Yusrina Fitria

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 28 Oktober 2014

Seuntai Syair untuk Hamba Tuhan

Tuhan...Dawai ini sengaja kugerakkan ketika kusadar jika sedang butuh pertemuan...
Pertemuan yang akan segera berakhir dalam hitungan pergerakan bulan...
Pertemuan yang kan lahirkan perpisahan dan kerinduan...
Walau sukma sudah sejak kemarin meronta tak karuan...

Tuhan...
Kali ini tolong izinkan kutuliskan syair untuk hamba-Mu yang memanggilmu syahdu...
Yang setia dengan zuhudnya walau kadang tampak malu - malu...
Yang betah membeku demi mendapatkan sesuatu yang tak kenal semu...
Walau sesak sudah membaha sejak lalu...

Tuhan...
Kali ini tolong biarkan hanyut dalam aliran kisah yang sengaja telah Kau takdirkan...
Pada seorang yang masih didiktekan langkahnya hingga mampu sampai ke tujuan...
Meski waktu memaksaku meremukkan kenangan masa lalu...
Tapi aku yakin Tuhan, Kau pasti kan berikan yang terbaik untuk hamba-Mu...


Tuhan...
Kali ini tolong izinkan aku menarik manja selimut kelabu yang tarajut perdu..
Yang kadang sempat menghangatkan walau nyaris tak pernah diminta demikian...

Tuhan...
Kali ini tolong izinkan aku menuang syair penawar rindu...
Yang kadang sempat mendinginkan walau nyaris tak pernah diminta demikian...

Tuhan...Aku tahu...

Waktu yang kau takdirkan antara hamba-Mu telah sampai ke peraduan..


Meski sempat tercipta duka dan suka yang berlebihan...
Namun, biarkan saja aku setia mengingatnya...
Sebab dengan jarak dan waktu yang Kau cipta tak buatku mampu lupa seutuhnya...

 Padang, 28 Oktober 2014
23 : 12 WIB
"tanpa rinai, kala diam"

Sabtu, 25 Oktober 2014

Selekas Bahgia

Aku tertarik untuk bercerita tentang kisah kita..
Ya, kisah tali temali yang belum sempat terajut oleh masa..
Tentang kisah perpaduan jarak dan waktu yang melahirkan rindu..
Tentang senyum yang kadang ragu bukan untukku..
Dan tentang pengorbanan - pengorbanan kecil antara aku dan dirimu..

Jika malam kadang kesepian tanda bulan dan bintang, ada hujan yang akan datang setia menemani..
Berharap selepas fajar kan ada pelangin indah yang menyambut pagi walau tanpa sisa rinai malam tadi..
Jika siang kadang kesepian tanpa kuning mentari yang menyembunyikan diri, ada hujan yang akan datang setia menemani..
Berharap selepas senja datang kan ada pelangi indah yang menggantikan mentari yang malu - malu sejak siang tadi..

Itu bukan kisah kita..
Itu hanya pengantar kisah kita..

Lalu aku ingin bercerita tentang bahagia..
Bahagia yang sederhana..
Ketika aku masih bisa melihat bayanganmu menembus tirai hijau muda..dan....
Ketika aku masih bisa mendengar suaramu yang pernah buatku menitikkan air mata..

Lantas apa yang istimewa ?

Istimewa itu, ketika aku memperhatikanmu dan dirimu masih sibuk dengan zuhud yang kau jaga sepanjang waktu..
Istimewa itu, ketika aku melihatmu pelan dan dirimu masih menyembunyikan senyummu kau rahasiakan kemana ia tertuju..
Istimewa itu, ketika aku berdecak kagum dengan pengorbanan kecilmu untukku tanpa ada seorangpun yang tahu, kecuali aku..
Istimewa itu, ketika aku tersenyum sumringah saat tahu dirimu benar - benar menepati janji tak ulangi kesalahan yang sama padaku..

Rinduku memang milikmu..
Tapi rindumu belum tentu milikku..
Biarlah, Tuhan Mahatahu..
Jika nantinya bukan dirimu, akan ada sosok yang serupa denganmu..

Padang, 25 Oktober 2014
23.07 WIB
"masih berselimut rinai lembut"

Senin, 13 Oktober 2014

Sebuah Cerita

Sudah lebih dua puluh delapan pekan rasanya kita bercengkerama di bawah payung yang sama..
Mulai dari bunyi alarm yang setia membangunkan diri yang masih berselimut hingga ujung kaki..
Sampai dengan kisah tentang diri yang meraih bangku kuliah dengan berlari tak sadar diri..
Namun, bukan itu semua yang ingin kujadikan introspeksi..
Melainkan ada satu tumpuk rasa yang setia bersarang di dalam hati..

Hingga kini aku masih menaruh iri pada pena yang sering kau genggam..
Hingga kini aku masih menaruh iri pada helaian buku yang kau selam..
Hingga kini aku masih menaruh iri pada Quran yang kau baca hingga larut malam..
Dan hingga kini aku masih menaruh iri pada detik - detik kebersamaan yang kau anyam..

Anganku kadang sudah keduluan menembus batas yang tak terjamah mata..
Tergesa - gesa menjemput akhir cerita karena takut kita akan berganti nama..
Sampailah pada saat ketika waktu memang sudah tak sabar memberi kabar bahagia..
Walau sejatinya pertemuan dan kebersamaan yang kita jaga memang mutlak terlahir sementara..

Lebih dari dua ratus sepuluh hari tercipta buku - buku diari tentang episode membentengi hati..
Mulai dari sapaan yang tak berujung hingga harapan yang sengaja digantung..
Lebih dari seratus jam semua indera serasa dipenjara..
Muai dari kisah lisan yang kebablasan berkata hingga mata yang tak mampu dijaga..

Sejak dini sudah kuwanti - wanti..
Apa harapan kita kan berakhir sia - sia ?
Atau Allah dengan penuh kuasa menyiapkan sebuah singgasana untuk kita kan tetap bersama ?
Aku berharap, semoga..
Karena ilalang pun kan merajuk bila tak disapa angin..
Apa lagi aku..

Minggu, 12 Oktober 2014

KRIYA "JEMBATAN BARELANG" by BATAM KEPRI FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by RIAU FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by BALI FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by SUMATERA BARAT FLS2N 2011 @MAKASSAR


JUARA 1 POSTER by JAWA TIMUR FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by DKI JAKARTA FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by SUMATERA SELATAN FLS2N 2011 @MAKASSAR


POSTER by KALIMANTAN TENGAH FLS2N 2011 @MAKASSAR


THIS IS SIMPLE FOR YOU, BUT THIS IS MEANINGFUL FOR ME :)


Kamis, 09 Oktober 2014

Tiga Karakteristik Manusia

Dalam kehidupan ini manusia dapat diklasifikasi dalam tiga kategori, yaitu:
1. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Islamiah
    Ia adalah orang yang rajin beribadah dan rajin ke masjid. Orang yang seperti ini harus dinomborsatukan, kerana mereka lebih dekat dengan dakwah kita, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan untuk mengajak mereka pun tidak banyak kesulitan, insyaa Allaah.
2. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Asasiyah
    Ia adalah orang yang tidak taat beragama, tetapi tidak mahu terang-terangan dalam berbuat maksiat kerana ia masih menghormati harga dirinya. Orang-orang semacam ini menempati urutan kedua.
3. Manusia yang Berperilaku dengan Akhlak Jahiliah
    Ia adalah orang yang bukan dari golongan pertama atau kedua. Dialah orang yang tidak peduli terhadap orang lain, sedang orang lain mencibirnya kerana perbuatan dan perangainya yang jelek. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya sejelek-jelek tempat manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah
orang yang ditinggalkan (dijauhi) masyarakatnya kerana takut dengan kejelekannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Golongan inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah saw. sebagai: "Sejelek-jelek
teman bergaul". (HR. Muslim)
Orang-orang semacam ini menempati urutan terakhir dalam prioritas
dakwah fardiyah.
        Ada seseorang berdin di bawah pohon epal yang sedang berbuah lebat. Jika ia ingin memetik, ia terlebih dulu memetik buah yang dapat dijangkau dengan tangannya. Jika sudah habis, dan tinggal yang paling atas, maka jika dapat dijangkau buah itu akan dipetik dan kalau tidak, buah tersebut tidak akan terpetik.
  Bukan bererti seorang da'i harus tetap berpegang dan terikat dengan urutan ini, kerana kadangkala keadaan bisa mengubah pandangannya dalam hal ini —dengan izin Allah— seperti yang terjadi pada Umar bin Khathab ra., Khalid bin Wahd ra., Amr bin Ash ra., dan yang lain.
      Ada seseorang yang pergi ke pantai untuk memancing ikan dengan membawa peralatan pancing. Menurut pengalamannya, dengan peralatan yang ia bawa ituhanya akan mendapatkan ikan-ikan kecil. Tetapi pada saat itu ia terkejut kerana mendapatkan ikan yang besar.
      Ada beberapa pemuda dari daerah Bulaq, Kairo, yang berkeliling mencari tanah yang kosong untuk digunakan sebagai tempat peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., yang akan dihadiri oleh Imam Hasan Al-Banna sebagai pembicara. Di sebelah warung makan, mereka menjumpai tanah lapang, lalu mereka bertanya kepada pemilik warung makan tersebut. Pemilik warung itu adalah Ustadz Ibrahim Karrum,seorang tokoh dari daerah Bulaq yang disegani oleh pemerintah yang berkuasa pada waktu itu dan disegani pula oleh kawan sendiri. Setelah mengetahui maksud dan tujuan pemuda-pemuda itu, beliau menyambutnya dengan sambutan yang luar biasa dan menyatakan kesediaannya. Setelah mereka kembali, mereka menceritakan kejadian yang baru saja mereka alami kepada Ustadz Hasan Al-Banna.

      Ketika Ustadz Al-Banna berangkat untuk berceramah dalam acara tersebut, terlebih dahulu beliau mengunjungi Ustadz Ibrahim Karrum dan mengucapkan terima kasih atas kebaikannya. Begitu pula tatkala beliau mulai berceramah, beliau juga mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Ibrahim Karrum untuk
kedua kalinya. Sejak saat itu, Ustadz Ibrahim aktif dalam Jamaah Ikhwanul Muslimin. Pada bulan Maret 1954 M. beliau memimpin demonstrasi akbar terhadap Jamal Abdun Naser. Mereka menuntut agar Presiden Muhammad Najib dipulangkan ke Mesir dan anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara dibebaskan. Beliau juga pernah dipenjara bersama anggota Ikhwanul Muslimin yang lain. Semoga Allah swt. memberikan
rahmat kepadanya.Tatkala seorang da'i melihat beberapa pemuda — yang wajah mereka menyiratkan ketaatan— maka ia berkeinginan untuk berkenalan dan mengajak mereka ke jalan dakwah. Yang perlu diperhatikan adalah dalam mendekati mereka dibutuhkan langkah yang cermat, kerana biasanya pemuda-pemuda ini mempunyai seseorang yang, mereka segani dan hormati. Jika seorang da'i dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan pemuda-pemuda itu mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai da'i, ia tidak boleh putus asa. Ia harus mendekati salah satu pemuda —di antara pemuda-pemuda tadi— yang pemahamannya terhadap dakwah islamiah lebih mantap, bergaul dengannya — dan juga yang lain— dengan sabar dan penuh kasih sayang tanpa menyinggung permasalahan yang dapat menyebabkan hubungan itu terganggu. Jika —dengan izin Allah— pemuda itu ingin menerima ajakan kita, ini akan sangat membantu usaha kita untuk mengajak teman-temannya yang lain. Pendekatan itu harus dilakukan dengan lemah lembut. Kita harus menyadari bahwa kita tidak diwajibkan untuk memastikan mereka semua menerima ajakan kita, namun jika mereka semua menerima ajakan kita, itu adalah rahmat dari Allah.
         Hanya Dialah yang berhak memberikan hidayah. Allah berfirman,"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan Allah lebih mengetahui orang-orangyang mahu menerima petunjuk." (Al-Qashash: 56) . Ayat ini menjelaskan bahawa walaupun kita memberikan segenap hati kita untuk
mengajak mad'u kita, tetapi hanya Allah-lah yang berhak membolak-balikkan hati orang tersebut.
Seorang tukang roti berdin di depan forn (tempat pembakaran roti), sambil memasukkan potongan-potongan roti ke dalamnya. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengeluarkan roti yang sudah matang dan membolak-balikkan yang belum matang. Setiap kali ada roti yang sudah matang, ia akan mengeluarkannya. Bisa dipastikan bahawa ada beberapa potong roti yang jatuh ke dalam api dan terbakar. Inilah keadaan da'i tatkala berdakwah di masyarakat; ia memberi sekaligus menerima (give and take). Suatu saat ia mendekat dan pada saat yang lain ia menjauh.
         Ia akan memberi kepada setiap orang sebagaimana seorang doktor yang memberikan ubat dengan berlaku sabar. Setelah selang beberapa waktu, di antara mereka sudah ada yang tersinari oleh cahaya iman (inilah roti yang telah matang), ada yang menyambut ajakan tersebut kerana perasaan takut, ada yang menyambut ajakan tersebut kerana malu, ada yang bersikap angin-anginan, ada pula yang menjauh, dan bahkan ada yang berlaku tidak baik terhadap sang da'i. Untuk menghadapi mereka itu, kita tidak boleh putus asa, tetapi harus terus berusaha sehingga yang ditunggu-tunggu dapat dipetik, disertai doa agar Allah membukakan hati mereka.
         Adapun da'i yang menghabiskan waktunya hanya untuk satu orang dengan harapan agar orang tersebut mahu menerima ajakannya adalah tidak benar. Orang tersebut akan merasa bahawa dirinya diajak dengan cara yang sangat berlebihan, sehingga ia akan berprasangka buruk, dan bisa jadi ia akan lari dari ajakan itu, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah swt. Kaedah yang harus kita perhatikan adalah: "Ambillah yang mudah dan tinggalkan yang sulit, jika ada yang mudah".

( Dikutip dari buku At-Thariq ilal Quluub " Bagaimana Menyentuh Hati " karya Abbas As-Siisi )

Senin, 06 Oktober 2014

Aku Tidak Tahu, Bu...

Setelah ia mengutarakan semuanya kepadamu..
Setelah ia mengungkapkan seberapa kagumnya ia kepadamu..
Setelah ia menunjukkan semua perhatiannya kepadamu..
Setelah ia memperlihatkan selangkah dua langkah pengorbanannya kepadamu..
Apa yang kau rasakan, Nak ?
Apa yang kau harapkan, Nak ?
Apa kau balik kan memberikan hatimu untuknya ?
Apa kau balik kan memberikan waktumu untuknya ?
Atau apa kau balik akan membuka pintu harap untuknya ?

Jawab Ibu, Nak...
Aku tak ingin kau disentuh oleh orang yang salah..
Aku tak ingin hatimu dijamah oleh orang yang salah..
Aku tak ingin salatmu diimami oleh orang yang salah..
Aku tak ingin kau habiskan masamu dengan orang yang salah..

Jawab Ibu, Nak..
Apa ia pernah membuatmu terluka ?
Apa ia pernah membuatmu kecewa ?
Apa ia pernah membuatmu menitikkan air mata ?
Atau apa ia pernah membuatmu bahagia ?

Wahai Ibu..
Sungguh bimbangku benar - benar menggebu..
Pada siang dan malam pun aku sudah tak mau tahu..
Sungguh lamunku telah sirna dihempas senyum dari sudut itu..
Pada panas dan dingin pun aku sudah tak mau tahu..

Wahai Ibu..
Aku tengah mengharapkan seseorang yang belum tentu mengharapkanku..
Aku tengah mendoakan seseorang yang belum tentu mendoakanku..
Aku tengah mengutuk hatiku untuk mencintai seseorang yang belum tentu mencintaiku..
Aku tengah mencaci rindu pada seseorang yang belum tentu merindukanku..

Wahai Ibu..
Jika memang ia mengharapkanku..
Maka, salahkah aku bertahan mengharapkan seseorang di luar sana ?
Jika memang ia mencintaiku..
Maka, salahkah aku bertahan mencintai seseorang di luar sana ?
Jika memang ia merindukan kebersamaan denganku..
Maka, salahkah aku bertahan merindukan kebersamaan dengan seseorang di luar sana ?

Wahai Ibu..
Mentari dan bulan memang tak hadir bersamaan di satu waktu..
Mentari dan bulan memang tak saling menyinari di satu waktu..
Tapi keduanya hadir melengkapi semesta yang dikuasai-Nya..
Tapi keduanya bersinar menerangi semesta yang dirahmati-Nya..

Aku tidak tahu, Ibu..
Apakah ia atau ia yang kan memenuhi kehendak ibu..
Yang aku tahu, aku tengah menyembunyikan sekotak harap untuk ia yang belum tentu mengharapkanku..


Solok, 6 Oktober 2014                                         18.10 WIB
(di bawah siluet senja di barat Sumatera)

 

Blogger news

Blogroll

About