Yusrina Fitria

Yusrina Fitria

marquee Yusrina Fitria
Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 26 April 2015

Masih Pengen Jadi Manusia Pendikte ? ( 4 years ago)



Kota Bengkulu, 2011

“Ada bunga yang tumbuh di pekarangan hati tanpa tahu siapa yang menanam…”
           
            Ah, memang dia penuh misteri. Berjuta ragam hal kita sensor dari skenario cinta karena banyak yang melukiskannya. Di titik nol, kita mulai menapaki langkah itu satu per satu, kita raba dengan tangan hampa. Menjejaki setiap petaknya. Hingga tiba pada sebuah langkah yang mau tidak mau harus kita lewati. Sesekali banyak lensa yang mulai terkecup. Mereka yang ikut ambil bagian, harapan, kesetiaan, berbagi, bersama, berkorban, berhamba. Dan ah, tak terhitung. Cinta itu penuh misteri.
            Bohong besar, jika ada orang yang mengatakan tidak menyukai perhiasan dunia. Apalagi perempuan. Namun dalam porsi yang berbeda, kita dapat memahaminya bahwa selayaknya bagi seorang Mukmin agar segala perhiasan dunia itu ia ulurkan sebagai mediator dalam menjalankan titah Tuhannya.
            Al – Quran memberikan sinyal kuning kepada kita bahwa pengakuan yang tulus dari hawa nafsu adalah diperturutkan oleh setan. Ia selalu memekik yelnya untuk memberi semangat kepada kita agar selalu jauh dari Allah swt. Nah, dalam pengakuan kejujuran seorang Mukmin inilah yang menjadi batas pemisah dari kesombongan. Bahwa hanya dengan rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang kita akan terbebas dari pekikan kenistaan dan kebiadaban itu.
            Syirkul Mahabbah, atau syirik dalam cinta. Begitu para ulama menyebut penyakit yang dipaparkan oleh Allah dalam QS Al – Baqarah ayat 165 :
“Dan di antara kalian ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang – orang yang beriman sangat besar cinta-Nya kepada Allah.”
            Ketahuilah, Allah akan sangat cemburu saat kita menghadirkan hal – hal selain-Nya sebagai penanding cinta dalam cinta-Nya. Jadilah kerapuhan yang sangat bagi orang – orang yang tidak mengambil sekaligus menjadikan Allah sebagai Habib terkasihnya.
            Abu Bakar ash-Shiddiq ra., justru mengkhawatirkan VMJ ( Virus Merah Jambu ) pascanikah. Ya. Itulah orang – orang yang sudah ‘arif billaah. Permasalahannya hanya di mana kita menempati cinta itu, lalu kita jadikan prestasi untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah swt.
            Ada terminal persinggahan yang indah. Tampaknya ini momentum yang pas untuk bercermin pada alumnus – alumnus cinta terdahulu. Ia akan tetap menjadi penyakit jika masa orientasi ke depan hanyalah si dia. Jika engkau mendiktekan Allah bahwa dialah yang pasti jodohmu. Lalu, dalam istikharah kamu hanya meminta hanya dia. Hanya dia.pokoknya harus dia. Ya Allaah…pokoknya harus dia… Kalau memang begitu yang kamu mau, juga dengan caramu itu, seolah kamu adalah penentu segalanya. Na’uudzubillaah…tsumma na’uudzubilllaah…
            Pembantaian selanjutnya ketika terjadi perubahan nilai orientasi yang mengatasnamakan ibadah dan amalan – amalan harian. Kita shalat karena dia, bukan Dia. Kita tahajjud di malam ini bukan karena Dia, tetapi karena takut jika esoknya ditanyain sama dia. Astaghfirullah, ternyata puasa Senin-Kamisnya juga karena si dia. Allaahu Akbar, Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘aadzhiim. Kalau semua karena dia, dia, dan dia. Lantas apa yang kita simpan dan persiapkan untuk akhirat nanti ?
            Andaikan ada nikmat Allah yang menjadi penyaring jiwa dan raga dari tinju lensa konkaf, pastilah malu salah satunya. Semisal ada sebuah perisai yang dianugerahkan untuk melawan setan dan hawa nafsu, mungkin malu adalah bahan dari bagian tertularnya. Justru yang ada sekarang adalah pekatnya kabut hingga rasa malu itu tidak terlihat lagi. Maka jadilah mata – mata memandang berkeliaran dalam kebutaan dan jarak pandang yang pendek.
            Jadi, masih ingin jadi manusia pendikte ? please deh guys.
            Jadilah insan pemalu. Malu pada tabiat yang tak menentu. Karena kadar malumu adalah berbanding lurus dengan kadar imanmu. WAllaahu a’lam bishshawab…
           

Sabtu, 18 April 2015

Kedudukan dan Peran Perempuan ( dalam Tafsir Tematik Al - Quran ) Part I



          Malam ini, Sabtu, 18 April 2015 di Kota Padang tercinta izinkan diri berbagi mengenai judul yang bisa pembaca lihat di plot paling atas yang fontnya lebih besar dari biasanya. Jika terdapat kekurangan dan sebagainya diharapkan maklum saja. Sebab diri hanya hamba yang butuh bimbingan dan dinasihati. :) :D
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
“…balighul ‘anni walau ayah…”

A.      Penciptaan Perempuan
Salah satu hal yang disepakati oleh para pakar tafsir adalah bahwa Al – Quran tidak menjelaskan secara rinci tentang asal – usul kejadian perempuan. Sebutan “Hawa” sendiri untuk menjuluki apa yang selama ini dipersepsikan sebagai perempuan pertama yang menjadi istri Adam sama sekali tidak pernah ditemukan dalam Al – Quran. Sebutan Hawa sebagai perempuan pertama yang diciptakan Allah justru diperoleh dalam sumber – sumber hadits yang berbicara tentang penciptaan asal muasal manusia. (Bidayah Khaqil Kain)
Mayoritas ulama memang mengartikan bahwa Hawa tercipta dari bagian tubuh Adam as. berdasarkan hadits Bukhari dan Muslim :
“Saling pesan-memesanlah kepada perempuan, karena ia diciptakan dari tulang rusuk.”
Sebagian ulama memahami hadits tersebut dalam pengertian tekstual (harfiyyah), sementara sebagian lain lebih memahaminya dalam pengertian metafora (majaz / tasybib ). Bagi mereka yang memahami secara metafora berpendapat bahwa hadits tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana, karena adanya sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan laki – laki. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat bawaan perempuan, kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya tulang rusuk yang bengkok
Kaum laki – laki harus ingat bahwa wanita tidaklah dengan sengaja memiliki perilaku semacam itu dengan tujuan untuk merepotkan dan menyusahakan mereka. Hal itu sudah merupakan takdir Allah atas wanita dengan memberinya sifat khusus berupa cepat emosi dan berlebihan. Karena itu seorang lelaki hendaklah sabar menghadapinya dan bersifat pemaaf. Perlu pula ia ketahui bahwa sifat ini merupakan salah satu ciri atau keistimewaan wanita yang bias saja mempunyai pengaruh yang baik sehingga wanita mampu melaksanakan fungsinya yang utama seperti, mengandung, menyusui, dan memelihara anak – anak. Bagaimanapun, tugas – tugas yang demikian membutuhkan perasaan yang halus dan rasa sensitivitas yang tinggi.
Kemudian perlu juga diketahui oleh laki – laki bahwa apabila dia mempersoalkan setiap kesalahan istrinya ( yang timbul akibat emosi yang berlebihan ) lalu menghukum dan mencaci-makinya, maka hal itu tidak akan menghasilkan apa – apa selain menambah keretakan dan perpecahan hubungan keluarga, kemudian berakhir dengan perpisahan dan perceraian.
Terakhir, seorang lelaki harus ingat bahwa seorang istri pasti mempunyai kelebihan – kelebihan dan hal – hal yang baik sebagai pengganti kekurangannya tersebut. Rasulullah saw. dalam sabda beliau yang sangat bijaksana telah memberikan resep untuk menghadapi setiap ulah yang muncul dari kaum perempuan.

Sabtu, 11 April 2015

Kutemukan Rizqiku dalam Dhuha

Sudah terlalu banyak rasanya ane membaca buku, artikel, atau sejenisnya yang berkenaan dengan korelasi Rizqi dan Dhuha. Rasanya tak ayal jika memang antara keduanya terpaut sebuah hubungan yang tak mampu dipisahkan. Kurang bukti apalagi coba?
Mulai membiasakan dhuha sejak dibangku SMA pasca teringat bahwa pernah diberi 'taujih' dari murabbi ketika masih SMP. How a great Dhuh, guys :D
You will know what I meant after you do Dhuha prayer and find yours. Believe me :)

Mulai dari menjelajahi pulau - pulau'raksasa' di Indonesia dan kompetisi sini sana. Mulai dinobatkan jadi ini itu hingga kini dengan pencaharian yang 'tak terduga' dari 'menjual suara'. Ini nyata, bukan fiktif belaka.
Dari sisi mana lagi kita masih ragukan "The Magic of Dhuha"...???!!!

Hingga hari ini, saat sehela dua hela napas masih bisa terluapkan. Sejatinya setiap ruas tulang, setiap keping sel, setiap nanoliter darah yang ada dalam tubuh kita ini ada yang wajib ditunaikan. Apa ? Sedekahnya. Sungguh, setiap tasbih, tahmid, takbir, tahlil yang senantiasa kita gaungkan adalah sedekah. Lantas, ada apa dengan Dhuha ?

Allaah begitu cinta kita, kenapa kita malah menyalahkan-Nya dengan segenap kenistaan dan kebodohan kita ?
Pelitkah kita dengan empat rakaat ketika matahari sudah sepenggalan naik ?
Atau memang mata hati kita sudah buta ? Tolonglah...
Nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang akan dirimu dustakan ?

Jangan kira wujud Rizqi hanya sebatas rupiah saja. Jelas saja, TIDAK. Setiap kemudahan (re:yusraa) yang kita alami memang datangnya dari siapa ? Allaah, kan ? Lantas, kenapa kita masih 'jedit' tuk luangkan waktu sepuluh menit saja seraya meminta...moga - moga tercukupi apa - apa yang harus dicukupi di dunia, akhirat juga tentunya...

Ane ada pengalaman menarik tentang Dhuha ketika semester 4...
Suatu ketika senior ane menasihati, "Na, biasa salat Dhuha berapa, Na ?" | "4 rakaat, Kak. emang kenapa ?" | "Coba deh tambah jadi 12 rakaat maksimal, Na. Rasakan sensasinya."
Pagi itu juga dengan sepenuh bumi dan langit penasaran yang ada (hehehe) ane mencobatunaikan 12 rakaat. Masyaa Allaah...Allaahu Akbar...
Doanya masih tetap sama, (tambahlah rizqi kedua orang tua dan berkahi yaa Allaah,begitu pula dengan hamba). Siangnya, tanpa disangka ditelpon sekretaris jurusan untuk menemui beliau.
Dengan segenap 'ketakutan' akhirnya ane memberanikan diri menemui beliau di kantor jurusan.
Alhamdulilllaah.."Yusrina terpilih menjadi mahasiswa terbaik jurusan, ini ada sedikit dari jurusan (sambil nyodor amplop) dan ini piagamnya..." | "Apa ini, Sir ?" | "Buka ajalah. Coba hitung dulu, pas gak ?" | "Alhamdulillaaah...thanks a lot, Sir :)" (lumayan jugaaaa :D)
Itu semester 4, and you have to know once, walhasil di semester 6 ane juga mendapat predikat yang sama. Jelas, dapat rizqi yang sama pula dengan sebelumnya. :)

Upss, satu lagi...
Biasakan setiap rizqi yang kita terima itu disedekahkan sebahagian, yaaa. Karena di dalam rizqi kita juga ada hak saudara kita. Berapa ? yup, 2,5%. Kalo mau lebih juga lebih bagus atuh, guys :D
Pernah denger ceramahnya ustad YM kan ? Kalo 'belum', rugi begete !
Kata Ustad YM kalo kita mau minta rizqi ke Allaah sebesar 1.000.000 misalnya, kita kudu sedekah 10% dari tu nominal. Berapa, coba ? yaaaa... 100.000. Nah, insyaaAllaah, Allaaah bakalan kasih tuh yang 1.000.000. Percaya ? Kalau ane, PERCAYA !!! :D karena pernah coba (jiaaah). Dan sempat ditanya teman, "emang jodoh juga bisa dimatematikakan kaya gitu, Na ?" | "Bisa, dong :D"

Intinya...kalo mau mudah rizqinya ya 'do Dhuha, do ashShadaqah' yaaa :)

Salam cinta...

Jumat, 03 April 2015

Wahai Cinta

Jika ada yang lebih mulia dari menyebut namamu dalam doa di sujud panjangku, maka ajarkan padaku yang kau sebut mulia itu.
Jika ada yang lebih mulia dari diam menunggu penuh harap pada Tuhan Yang Rauf atas jutaan sedan dan sendu, maka tunjukkan padaku yang kau sebut mulia itu.
Jika ada yang lebih mulia dari merapikan mimpi dengan tuntunan sabda Illaahi, maka tuturkan padaku yang kau sebut mulia itu.

Wahai Cinta...
Sedalam apapun samudera yang telah Rabb cipta, kupastikan lebih dalam isak yang kutahan untuk setiap pinta yang Allaah tangguhkan.
Setinggi apapun lapis -lapis langit yang telah Rabb cipta, kupastikan lebih tinggi cita yang kulayangkan untuk setiap 'aamiin' yang Allaah janjikan.

Wahai Cinta...
Aku memaknaimu bukan dari kertas putih yang berhiaskan tinta.
Bukan.
Aku memaknaimu dari bulir gerimis di ujung mata saat kusungkurkan setiap jengkal kehina-dina-anku pada Yang Mahasempurna.

Wahai Cinta...
Aku memaknaimu bukan dari celoteh panjang tentang cara dirimu memaknai kehidupan.
Bukan.
Aku memaknaimu dari setiap napas syukur yang yang kau sembahkan pada Tuhan atas hadirku sebagai insan penyempurna yang kelak Tuhan takdirkan.

Solok, (masih) -Rinai Senja di Ujung Mata II-
@ysrnftr
 

Blogger news

Blogroll

About