Malam
itu aku masih mengumpulkan potongan – potongan kisah yang bersisa akibat
kejadian tak terduga itu. Mungkin aku masih menjadi perasa ulung. Mengintip –
intip waktu dari balik layar malam dengan tanda tanya yang siap ditembakkan ke
penjuru malam.
“Ra,
sudah makan belum ? Sudah salat belum ?” Satu pesan hadir di layar mini telepon
genggamku.
“Belum.
Aku belum lapar. Aku juga banyak tugas. Nanti saja.” Ku hias balasan pesan itu
dengan satu sentuhan titik dari jempol kananku.
Jam
dinding masih setia mencari angka tiga belas dan tak kunjung bersua.
“Mungkin
malam ini aku harus berbohong lagi.” Desahku dalam hati.
Ku
coba menghapus sebentar tentang moment
senja sepekan yang lalu. Ya. Dia datang lagi ke rumah seperti biasanya di
setiap awal bulan. Tanpa ditanya pun aku sudah tahu apa yang akan dia lontarkan
padaku. Lontaran yang hanya berputar satu arah, arah yang sama.
Senja
itu, ia kembali menceritakan hal – hal aneh yang menurutku tak perlu ia
ceritakan lagi. Mungkin ia berpikir aku akan luluh dengan semua itu. Mungkin
ini bentuk keegoisanku yang makin hari semakin memuncak.
“Baiknya
kau baca ini. Kisah – kisahnya banyak menginspirasi kita.” Ia raih sebuah buku
dari ransel hitamnya dengan hati – hati.
“Aku
tidak perlu ini. Aku perlu hiburan.”
Aku
masih memainkan gadgetku dengan mata
yang tak mengarah ke hadapannya.
“Lihat
dulu. Ini kisah inspiratif di zaman Rasulullah, Ra.”
Mungkin
ia berpikir bahwa aku akan bersahabat dengan buku – buku yang selalu ia bawa ke
rumah. Tidak. Aku rasa aku tak butuh buku untuk saat ini. Aku tidak bisa
menguntai kata demi kataku lagi padanya untuk membuat ia mengerti.
“Islam itu Indah. Tersenyumlah.”
Aku
sempatkan mencuri pandang ke arah buku yang ditawarkannya. Sampulnya cantik
dengan kombinasi warna biru lembut yang menyejukkan mata. Namun, hasratku belum
merasa diundang untuk menerimanya. Ku tunggu ia sampai memasukkan kembali buku
cantik itu ke dalam ranselnya lagi.
“Baiklah,
mungkin sekarang kau belum ingin membacanya. Bair ku simpan di lemari bukumu.”
Seketika ia berdiri dan menaruh benda biru itu ke dalam lemari kayu milik kami.
Esok
siangnya ia kembali berbenah untuk kembali ke Solo. Ia adalah seorang mahasiswa
ilmu Biologi di perguruan tinggi terbaik di kotaku.
nb : masih dalam proses pembuatan, hanya sekadar intro dulu, hehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar