Mungkin ada dari bagian cerita yang harus
kita jemput masing – masing. Tentu dengan cara yang berbeda. Melawan dan
memusnahkan kegalauan yang beranak – pinak dalam sanubari. Memutuskan tali
silaturrahiim dengan rindu yang menggebu – gebu. Dan pada akhirnya, kita bisa
hidup normal seperti dulu.
Aku kini tengah berjuang menjemput cerita
yang menjadi bias dari cerita lama. Menghidupkan kembali pesona yang hilang
tertimbun masa dan gundah gulana. Serta pada akhirnya, aku sendiri yang akan
mengaku padamu bahwa yang kurasakan hingga detik ini adalah CINTA.
Mulai kususun periode demi periode yang akan
jadi saksi cerita kala nanti. Sangat rapi. Memberi jarak antara kita senti demi
senti. Walau aku sebenarnya tahu Tuhan Mahateliti atas apa yang bersarang di
dalam hati. Akan tetapi, jangan risau. Kita akan segera membunuh galau. Hingga yang
akan kita lahirkan nantinya adalah bintang gemintang yang senantiasa berkilau
kemilau.
“Berhakkah kita merasa lebih arif atas cinta
daripada Allaah SWT Yang Mahaarif dengan penciptaan-Nya telah menitipkan rasa
cinta tuk bersemayam selamanya dalam hati kita ?”
Untuk saat ini biarkan saja aku mati – matian
menahan kegalauan. Memanjakannya dengan puisi – puisi cinta dan syair – syair picisan.
Lalu, kutengadahkan tangan senantiasa merayu pada Tuhan, semoga untuk kita
adalah sebaik – baik yang telah Ia takdirkan...
Selasa, 10 Februari 2015
18:20 WIB
-di balik relief
Masjid At – Taqwa-