Postingan

LEMBAYUNG DI LANGIT SYAWAL

Kekasih... Aku tak tahu hatiku terbuat dari apa, hingga mampu menahan setiap beban kekangan rindu tak terkira. Kekasih... Aku tak tahu air mataku berasal darimana, tapi yang kutahu hingga kini ia mengalir tiada hentinya. Kekasih... Ada jutaan doa yang kupersembahkan pada Tuhan, agar semua ini dapat tertuntaskan. Kekasih... Ada jutaan kata yang aku teriakkan dalam sukma, walau tak pernah sampai ke telinga. Yakinlah, ia telah mengangkasa, hingga malaikatpun mengaminkannya. Kekasih... Pada matahari yang mulai takluk oleh senja, aku bercerita tentang derita menahun yang kutahan karenamu. Derita cinta yang tak pernah kuuntai dengan manik-manik kata indah untukmu. Tetap bernapas dalam palung sukma terdalam tanpa siapapun yang tahu selain Tuhan dan aku. Kekasih... Ramadhan tahun ini mengingatkanku pada Ramadhan pertama kita bersama. Dengan senyum dan tawa dari orang yang sama. Hanya kali ini tak tampak olehku binar bahagia di ujung matamu dan yang kurasa adalah rindu yang

Komentar Sang Bisu

Malam punya caranya sendiri menyulap seseorang yang tadinya baik-baik saja sekarang menjadi pura-pura baik tanpa disengaja. Mungkin karena ia menghadirkan gelap yang menonaktifkan pikiran rasional alias melahirkan kepekaan perasaan yang lebih dominan. Kali ini bukan mungkin, malam memberikan semuanya ketika siang sudah menyiksamu dengan semua pemikiran rasional dan tak jarang berseberangan dengan kata hati. Itu mengapa aku menyebut malam sebagai waktu paling jujur. Sampai-sampai kita tidak mampu menipu diri kita sendiri terhadap apa yang sedang terjadi. Bukan berarti aku sedang menyalahkan malam karena sudah membuatku hilang kendali begini. Memang waktunya dan memang harus begini adanya. Karena senyum yang terlukis indah di muka juga butuh istirahat. Istirahat dari kepura-puraannya menghadapi semua yang di luar kendali manusia. Menarik memang jika kali ini aku berusaha mengikuti akal pikiran yang mengaku rasional untuk menyerah bertahan. Semua orang bilang, "ayo move on

Syair Batang Lapuk

Aku benar-benar umpama batang lapuk yang tiada lengah mempertahankan ranting-ranting sumbing. Bersama akar-akar kokoh yang mengalah untuk menghujam ke dalam tanah. Beserta daun-daun kering yang pasrah pada langit yang mulai menguning. Bagaimana bisa udara memaksa masuk lewat mulut daun jika ia menolak tuk menerima? Bagaimana bisa hara memaksa menyelinap ke dalam pori akar jika ia merajuk tuk mengangguk? Aku benar-benar umpama batang lapuk yang nyaris terperdaya pada dahan yang menua. Ragu jika hujan datang memberi pertanda akan adanya kehidupan kedua. Bimbang jika belukar mendekat memberi pertolongan menghabiskan kesempatan pertama. Aku benar-benar umpama batang lapuk yang habis digerogoti waktu tak menentu. Keras kepala mempertahankan ranting yang bisa saja jatuh, lantas lebih rapuh. Bersikukuh mengikat daun yang bisa saja jatuh, lantas habis gugur. Aku benar-benar umpama batang lapuk yang memimpikan tunas tumbuh. Menyertai harapan lusuh, mengaminkan kese

Minggu Malam yang Keenam

Assalaamu’alaykum bloggers... Say HI untuk Saturday afternoon kali ini yang kayanya bakalan sad ending persis lima kali Saturday afternoon(s) yang udah berlalu. Hiahiahia. Never mind, enjoy the drama coeg :v Beteweh, lagi rehat skripsweet nih, sabar nungguin janji dosen(s) yang janjinya mau Acc Senin lusa. Yuk, aamiin. Biar September ini bisa ngirimin foto wisuda ke anak STAN. *ehhh “Pressing” nya tuh gak pas ngerjain skripsi, tapi pas dengerin statement dosen yang subhanallaah gak terprediksi. Boro-boro nge-Acc, malah disuruh nambah tabel data biar skripsinya sempurna. Kayanya si Bapak tahu begete, anak bimbingannya golongan darah A. Ah, gak usah bahas golongan darah, bete akut. Kyakyakya. Ok, ganti topik. Siapa bilang kalo mahir (red: mahasiswa tahun akhir) bakalan berkurang waktunya untuk ngepoin sosmed? Kayanya ironi deh. Hehe. Oiya, di Facebook lagi hits kudeta Turki, nih. Sebagai saudara seiman, kita kudu plus wajib ngedoain semua bakal baik-baik aja, biar Allah yang at

Kata Ayah, Aku Harus Cerdas

Malam ini sama seperti malam kemarin, bahkan tahun-tahun yang telah lalu. Jika ada hal yang paling tidak membosankan setelah tilawah, aku akan memilih mendengarkan ocehan ayah yang selalu tepat mengena di jantungku. Tinggal nunggu piala bergilir buat yang betah. Itu kata adikku. Well. Dari 987.654.321 nasihat yang ayah berikan, kisah yang ayah ceritakan, amarah yang ayah ungkapkan, atau kata-kata sayang yang selalu manis jika beliau ucapkan, aku paling mantap sekali rasanya paham tentang yang satu ini. Memang, ayah kalau bahas ini pasti mengheningkan cipta dulu. Mungkin beliau ragu, sebab belum rela melepas seorang 'aku'. "Sayang, dengarkan ayah baik-baik. Kamu lihat dunia kita sekarang? Tahu gak apa yang sebenarnya menjadi asal muasal kekalutan dunia kaya sekarang?" "Manusia banyak durhaka, ya kan Yah?" "Bukan. Sama sekali bukan." "Lantas apa?" "Semua karena fitnah wanita." "Lho? masa Yah?" "W

Aku Hanya Siang yang Meranggas

Aku Hanya Siang yang Meranggas   Entah dari mana harus aku mulai. Yang terang, ia tiba-tiba saja hadir menyelinap ke dalam mimpi. Menikam perlahan, hingga tak tahu siapa yang lebih berhak untuk tetap bertahan. Bertahan hanya ada dalam kamus mereka yang percaya. Percaya jika memang semua akan baik-baik saja, walau harus sedikit terluka. Percaya jika memang ia akan temui muara. Pasti, tapi entah kapan kan terjadi. Walhasil, kita harus tega untuk hanya menyebutnya ‘mungkin’. Sayang, bukan perihal sabar atau kepastian. Karena kita terlalu angkuh untuk memutuskan semua akan mejadi pasti seperti yang telah kita ingini. Bukan, sekali lagi bukan. Tapi, tidak ada yang salah dengan perasaan. Jika ia bisa saja hadir tiba-tiba, lantas salahkah jika ia bisa lenyap tiba-tiba? Memang, tidak ada yang salah dengan perasaan. Tidak ada yang salah dengan suratan. Yang salah adalah ketika kita masih berdebat tentang pertanyaan. Bukan mencari alasan untuk bertahan. Pada yang salah, kita hanya perlu memperb

Episode ke-n dari m cerita~

Bismillaahirrahmaanirrahiim... Ceritanya malam ini baru sadar kalo balik ke rumah lupa bawa *bukuPink* tempat muntahin cerita - cerita yang yaaah terkadang out of the box. Hihihi... Padahal suasanya lagi dukung banget buat nulis...apa lobeh bauuut -____- Beberapa waktu terakhir sempat diteror dengan beberapa  spesies pertanyaan dari teman - teman yang ngakunya suka baca tulisan, status atau apalah itu wujudnya.. "Na, sekarang lagi musim riliis novel. Gak minat buat bukuin puisi sama syair - syair Na yang melankolis abis tu ? Atau buat novel cinta kek, apa kek gitu yang cetar membahana badai ?" Cetusnya. *teriakdalamhati* "Aku tuh udah nyiapin buku setebal 250 lembar buat nulisin itu cerita. Tapi rahasiaaaaaaaaa !!!!" *aslinya* "oh yaya ? novelnya dari kisah sendiri atau ngadopsi kisah orang ?" Mendadak hening... "Aku bukan tipe yang begitu, tems. Please deh." "Ya, setidaknya menginspirasi sebagian orang atau bisa jadi referensi,